Ahad, Ogos 23, 2009
Renungan :Puasa Menjernihkan Otak
Seorang ilmuwan bernama Dr. Ehret menyatakan bahwa untuk hasil yang lebih dari sekedar manfaat fisik, yaitu agar mendapatkan manfaat mental dari aktivitas berpuasa, seseorang harus menjalani puasa lebih dari 21 hari.
Ilmuwan lain, yaitu Dr. E.A. Moras, mengatakan bahwa seorang pasien wanitanya telah menderita sakit mental selama lebih dari delapan bulan. Wanita itu telah berobat kesana-kemari termasuk ke para ahli saraf dengan hasil kurang memuaskan. Ia memintanya untuk berpuasa. Wanita itu mengalami perbaikan kondisi mental, dan bahkan dinyatakan sembuh setelah berpuasa selama lima minggu.
Di dalam otak kita, ada sel yang disebut dengan "neuroglial cells". Fungsinya adalah sebagai pembersih dan penyehat otak. Saat berpuasa, sel-sel neuron yang mati atau sakit, akan "dimakan" oleh sel-sel neuroglial ini.
Albert Einstein, adalah orang yang dikenal senang berpuasa. Saat ia meninggal ia mendonasikan tubuh (dan otaknya) untuk ilmu pengetahuan. Para ilmuwan menemukan bahwa sel-sel neuroglial di dalam otak Einstein ternyata 73% lebih banyak ketimbang rata-rata orang. Dengan kata lain, otak dan pikiran Albert Einstein, dalam konteks ilmu pengetahuan, dinyatakan "sangat jernih".
Sebuah paper oleh Dr. Ratey, seorang psikiaters dari Harvard, menyebutkan bahwa pengaturan dan pembatasan asupan kalori akan meningkatkan kinerja otak.
Dr. Ratey meriset mereka yang berpuasa dan memantau otak mereka dengan alat yang disebut "functional Magnetic Resonance Imaging" (fMRI). Hasil pemantauan itu menyimpulkan bahwa setiap individu obyek menunjukkan aktivitas "motor cortex" yang meningkat secara konsisten dan signifikan.
Ilmuwan lain, Mark Mattson, Ph.D., seorang kepala laboratorium neuroscience di NIH’s National Institute on Aging. Hasil risetnya menunjukkan bahwa diet yang tepat seperti berpuasa, secara signifikan bisa melindungi otak dari penyakit de-generatif seperti Alzheimer atau Parkinson.
Risetnya menunjukkan, bahwa diet dengan membatasi masukan kalori 30% sampai 50% dari tingkat normal, berdampak pada menurunnya denyut jantung dan tekanan darah, dan sekaligus peremajaan sel-sel otak.
Dengan kata lain, riset itu menunjukkan bahwa stress karena sedikit makan, akan menghasilkan adaptasi dalam metabolisme sel dan meningkatkan kemampuan individu untuk mengurangi stress.
Ilmuwan lain, yaitu Dr. E.A. Moras, mengatakan bahwa seorang pasien wanitanya telah menderita sakit mental selama lebih dari delapan bulan. Wanita itu telah berobat kesana-kemari termasuk ke para ahli saraf dengan hasil kurang memuaskan. Ia memintanya untuk berpuasa. Wanita itu mengalami perbaikan kondisi mental, dan bahkan dinyatakan sembuh setelah berpuasa selama lima minggu.
Di dalam otak kita, ada sel yang disebut dengan "neuroglial cells". Fungsinya adalah sebagai pembersih dan penyehat otak. Saat berpuasa, sel-sel neuron yang mati atau sakit, akan "dimakan" oleh sel-sel neuroglial ini.
Albert Einstein, adalah orang yang dikenal senang berpuasa. Saat ia meninggal ia mendonasikan tubuh (dan otaknya) untuk ilmu pengetahuan. Para ilmuwan menemukan bahwa sel-sel neuroglial di dalam otak Einstein ternyata 73% lebih banyak ketimbang rata-rata orang. Dengan kata lain, otak dan pikiran Albert Einstein, dalam konteks ilmu pengetahuan, dinyatakan "sangat jernih".
Sebuah paper oleh Dr. Ratey, seorang psikiaters dari Harvard, menyebutkan bahwa pengaturan dan pembatasan asupan kalori akan meningkatkan kinerja otak.
Dr. Ratey meriset mereka yang berpuasa dan memantau otak mereka dengan alat yang disebut "functional Magnetic Resonance Imaging" (fMRI). Hasil pemantauan itu menyimpulkan bahwa setiap individu obyek menunjukkan aktivitas "motor cortex" yang meningkat secara konsisten dan signifikan.
Ilmuwan lain, Mark Mattson, Ph.D., seorang kepala laboratorium neuroscience di NIH’s National Institute on Aging. Hasil risetnya menunjukkan bahwa diet yang tepat seperti berpuasa, secara signifikan bisa melindungi otak dari penyakit de-generatif seperti Alzheimer atau Parkinson.
Risetnya menunjukkan, bahwa diet dengan membatasi masukan kalori 30% sampai 50% dari tingkat normal, berdampak pada menurunnya denyut jantung dan tekanan darah, dan sekaligus peremajaan sel-sel otak.
Dengan kata lain, riset itu menunjukkan bahwa stress karena sedikit makan, akan menghasilkan adaptasi dalam metabolisme sel dan meningkatkan kemampuan individu untuk mengurangi stress.
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan